Sebuah negeri
yang indah dan permai tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan makhluk aneh yang
konon dianggap sebagai keturunan raksasa jahat. Walaupun tubuhnya masih
berukuran normal layaknya manusia biasa, namun tampang dan tubuh makhluk itu
sangat buruk rupa. Bau yang sangat tak sedap keluar dari seluruh tubuhnya.
Mulutnya hanya digunakan untuk berkata-kata kotor dan jorok. Ulahnya seringkali
membuat penduduk negeri kesal. Dia selalu mengganggu orang-orang, baik di
jalanan, pasar, dan bahkan di istana kerajaan. Sang raja belum mengetahui
kejadian ini karena sedang pergi ke negeri tetangga.
“Pergi dari sini
kau makhluk menjijikkan!” bentak pengawal kerajaan. Makhluk itu baru saja
memasuki istana tanpa izin. Karena merasa diancam dengan kemarahan pengawal kerajaan,
tiba-tiba tubuh makhluk itu semakin membesar. Bau yang dikeluarkannya semakin
busuk dan perkataannya semakin kotor dan jorok.
“Kalian akan
tahu akibatnya jika memperlakukanku seperti ini, buahaha!” makhluk itu tertawa
jahat. Dia pergi berlari ke jalanan dengan menyebarkan bau tak sedapnya dan
mengumpat sekeras mungkin. Makhluk itu kemudian berhenti di alun-alun kota
sambil terus mengganggu orang di sekitarnya.
“Jika kau tidak segera
pergi dari negeri ini sekarang juga, kami akan mengusirmu dengan kekerasan!” kata
salah satu penduduk kota. Banyak sekali orang yang berkumpul di sekitar
alun-alun untuk mengusir makhluk itu. Mereka semua telah diliputi oleh
kemarahan.
“Buahahahaha!!”
makhluk itu hanya tertawa.
Dia tidak merasa
ketakutan melainkan malah merasa kesenangan dengan amarah penduduk kota.
Tubuhnya semakin membesar dan berubah menjadi raksasa jahat sesungguhnya. Bau
busuknya menyebar ke segala penjuru kota.
Kejadian ini tidak hanya membuat gempar
negeri itu saja. Kabar ini dengan cepat menyebar ke negeri tetangga di mana
sang raja berada. Mendengar kabar ini, dengan sigap raja segera berangkat
pulang ke negerinya. Sesampainya di istana, sang raja langsung menuju tempat
raksasa berada.
“Hei sobat,
kenapa di siang hari yang terik ini kau berpanas-panasan di jalan? Lebih baik kau
ikut aku ke istana untuk menikmati es krim bersama,” kata raja dengan
tersenyum.
Raksasa itu
bingung dengan sikap yang ditunjukkan sang raja kepadanya. Tidak pernah dia
merasa dihargai seperti ini. Dia hanya menganggukan kepalanya tanpa sanggup
mengucapkan satu patah katapun.
Penduduk dan
para pengawal melihat tubuh raksasa itu sedikit mengecil sejak diperlakukan
dengan sopan oleh sang raja. Bau yang dikeluarkannya juga tak seburuk awalnya.
Tak sedikit juga penduduk yang ikut mengantarnya ke istana kerajaan.
“Kebun buahku
baru saja panen. Aku mempunyai anggur, apel, jeruk dan buah-buahan lainnya yang
masih sangat segar. Maukah kau memakannya?” kata salah satu penduduk.
“Bawa saja ke sini!”
kata raksasa itu.
“Tuan, kau harus
mencoba pizza buatanku. Aku adalah pembuat
pizza yang paling terkenal di negeri
ini,” seseorang menawarkannya kebaikan lagi.
Tanpa disadari,
tubuh raksasa itu semakin mengecil. Sekarang ukurannya bahkan sama dengan
manusia biasa. Tampaknya semua orang telah menemukan cara untuk mengalahkan
makhluk ini. Mereka sadar bahwa melawan dengan amarah hanya akan membuat
makhluk ini semakin buas dan menakutkan.
“Ayo, kita
berenang dulu di kolam renangku. Kau pasti akan menyukainya!” raja kembali
mengajak makhluk itu bersenang-senang.
“Sepertinya
mengasikan,” sahut makhluk itu.
“Aku akan
menyiapkan jus jeruk dan makanan ringan untuk menemani kalian berenang,” kata
salah satu pelayan kerajaan.
Raja dan makhluk
itu bermain bersama di kolam renang. Berenang di air yang sejuk adalah hal yang
sangat mengasikan ketika cuaca sedang panas seperti ini. Ketika berenang, makhluk
itu tak menyadari bahwa sekarang tubuhnya jauh lebih kecil dari sebelumnya.
Bahkan sekarang, ukuran tubuhnya sama dengan seekor kucing. Setelah selasai berenang,
bau tak sedap yang dikeluarkan dari tubuhnya sudah tak tercium sedikitpun.
“Kau pasti lelah
setelah bermain seharian. Kau bisa tidur dikamarku malam ini. Ranjangnya
disertai dengan kasur yang sangat empuk. Nyaman sekali untuk tidur,” kata sang
raja.
Makhluk itu
mengiyakan saja tawaran dari sang raja. Dia menganggap betapa bodohnya raja
yang mau menawarkan kebaikan begitu saja kepada makhluk seperti dirinya.
“Besok dia pasti
akan memberikan singgasananya kepadaku. Aku bisa berkuasa di negeri ini! hahaha,”
kata raksasa itu dalam hatinya.
Malam itu dia
tidur di kamar sang raja. Di atas kasur yang nyaman, dia merebahkan tubuhnya
yang hanya seukuran ibu jari manusia. Setiap perkataan, perbuatan, dan pikiran
baik yang ditujukan kepadanya telah membuatnya terus mengecil, berkurang
buruknya, berkurang bau dan kekerasannya.
Dan ketika pagi menjelang, makhluk itu sudah tidak ada di kasurnya. Dia
benar-benar sudah lenyap tak berbekas.
Suara Merdeka, 22 Juni 2014