Kemana kau pergi?
Jauh atau hilang
Kumerenung ditemani kebingungan
Engkau bagaikan musim penghujan
Sekarang kau disana
Menyejukan belahan dunia lain
Sekarang aku disini
Gersang dan tandus ditinggal hujanmu

Galau yang Merisaukan

Seberapa lama?
Tak satu orang pun yang tahu
Seberapa sakit?
Hanya jiwa yang merasa
Ketika kau bertanya padanya
Hanya jawaban kenihilan yang kau dapat
Yang berkata tentang kekosongan
Dan diselimuti bayangan kehampaan

Belum Berjudul

Cobalah tanyakan pada burung
Yang kalian anggap mengerti
Yang terbang kemanapun
Bertuju kesejatian

Burung, sungguh malang nian
Bagai mengharap api mendinginkan
Bak memiliki kekosongan

Dengan sayapnya dia berkata,
“Mengapa tak kau gunakan hati & jiwamu untuk mencarinya?”
Mencari kebebasan!

Jogja, 25/09/13

Cinta Harus Memiliki

               Belakangan ini sering sekali aku mendengar seseorang yang berkata, “cinta itu tak harus memiliki”. Mereka inilah teman-temanku yang berkata demikian sebagai bentuk kepasrahan atas perjuangan cintanya yang tidak mencapai apa yang mereka harapkan. Tapi, benarkah cinta itu tak harus memiliki? Apakah kita bisa mencintai Tuhan jika kita tak mengimani suatu agama? Apakah kita sebagai orang muslim bisa mencintai seorang rosul jika kita tak memiliki Muhammad SAW? Apakah kita bisa mencintai orang tua kita jika kita tak mempunyai ibu dan ayah?
                Mari kita ulas dulu apa makna “cinta” secara sederhana. Secara umum, istilah “cinta” menggambarkan adanya dua aksi yang melibatkan dan didukung oleh dua pihak. Pihak pertama berperan sebagai subjek dan pihak kedua disebut dengan objek. Adapun aksi atau tindakan itu didorong oleh suatu kecenderungan untuk “menyatu” dengan objek. Untuk bisa menyatu dengan objek, subjek harus ,mengetahui sifat atau hakikat objek. Jadi, pengetahuan mengenai objek menentukan penyatuan subjek dengan objek. Semakin mendalam pengetahuan subjek, semakin kuat penyatuannya dengan objek. Ketika kita dapat mengetahui tentang hakikat sebenarnya tentang Tuhan, kita akan semakin cinta kepada-Nya.
                Lalu, apakah bisa kita sebut dengan cinta jika kedua pihak tersebut saling terpisah? Hal ini tidak ada bedanya ketika kita mengidolakan seorang artis papan atas sedangkan kita hanya bisa menontonnya lewat media saja. Walaupun kita tahu dan paham akan kebiasaannya, hobby-nya, makanan atau minuman favoritnya kita tidak dapat mengatakan hal ini sebagai salah satu bentuk cinta. Hanya sekedar bentuk kekaguman semata. Namun akan lain halnya jika kedua belah pihak saling mengetahui isi hatinya. Dan untuk mengetahuinya, kita membutuhkan apa yang disebut dengan “cinta” itu sendiri.
                Pecayalah teman, yang namanya cinta sejati itu tak pernah bertepuk sebelah tangan. Jangan pernah bersedih karena merasa cintamu ditolak. Sesungguhnya kau sama sekali belum menyentuh cinta itu sendiri. Kau hanya mengaggumi dia. So, Ganbatte!!

Uang Kuliah Tunggal

       Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh akhirnya menetapkan kebijakan tentang uang kuliah tunggal (UKT) bagi semua mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN). Sebenarnya, Ditjen Dikti Kemendikbud sudah mengusulkan sistem ini sejak awal 2012 tetapi karena minimnya persiapan dari semua PTN maka akhirnya harus diundur sampai sekarang. Ketetapan ini tertuang dalam Permendikbud No 55 tahun 2013 dan akan langsung diterapkan pada awal tahun ajaran baru 2013/2014.
         UKT adalah semua besaran biaya kuliah yang harus dibayarkan mahasiswa pada setiap semesternya. Setelah membayar UKT mahasiswa sudah tidak akan dikenakan biaya tambahan dalam bentuk apapun. Sebelumnya, kita mengenal dalam biaya pendidikan dalam PTN terdiri dari berbagai komponen, antara lain sumbangan pengembangan pendidikan (SPP), praktikum, responsi dan kegiatan perkuliahan lain (PRKP), sumbangan pengembangan institusi (SPI), dan biaya operasional (BOP). Selain itu juga sering ditambahkan beberapa biaya tambahan seperti biaya kuliah kuliah kerja nyata (KKN), praktik lab, wisuda, asuransi dan sebagainya. Dengan UKT semua biaya kuliah tersebut dijadikan menjadi satu, untuk kemudian dibagi menjadi 8 dengan anggapan bahwa mahasiswa S-1 akan menyelesaikan studi dalam kurun waktu 8 semester.
        UKT akan diterapkan untuk semua jalur, baik itu  jalur undangan (SNMPTN), jalur tulis nasional (SBMPTN) maupun jalur mandiri. Bagi calon mahasiswa dan orangtua/wali, biaya yang dibayar per semesternya memang terlihat tinggi, namun disisi lain hal ini juga akan meringankan beban biaya pembayaran yang ditanggungnya pada awal masuk PTN. Komponen SPI dan sumbangan pengembangan mutu pendidikan (SPMP) yang biasanya dibayar didepan atau dicicil dua kali, kini akan dibagi menjadi 8. Pemerintah berasumsi bahwa waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyelesaikan studi S-1 adalah selama 8 semester. Sehingga, dalam sistem UKT jika terdapat mahasiswa yang menempuh studi lebih dari 8 semester maka akan dikenakan kembali besaran cicilan biaya yang seharusnya berhenti pada semester kedelapan. Langkah ini bisa dinilai tepat agar mahasiswa terpacu motivasinya untuk menyelesaikan studinya tidak lebih dari 8 semester.
          Bagi PTN, sistem UKT ini dikhawatirkan akan mengganggu aliran kas (cashflow) pada tahun I sampai III dikarenakan jumlah penerimaan tiap semester dari mahasiswa juga akan menurun. Hal ini akan berakibat pada berkurangnya anggaran untuk kegiatan, termasuk kegiatan kemahasiswaan. Jika Ditjen Dikti bersedia untuk menambah persentase kucuran dana Bantuan Operasional PTN (BOPTN) yang sekarang ditetapkan hanya sebesar 12,5% maka akan dapat membantu atau menutupi aliran cash flow yang terganggu. Namun, dengan catatan mahasiswa dan perguruan tinggi mampu mendorong pemerintah untuk melakukan transparansi dan menghindari prosedur administratif yang panjang dan berbelit-belit. Dan, untuk mencegah kenaikan biaya yang tidak rasional oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN), pemerintah telah menerbitkan standar UKT untuk tiap jurusan. Standar ini yang akan digunakan sebagai batasan maksimal UKT yang dapat ditarik oleh PTN.

Cobaan


Pernahkah kau menanyakan tentang keadilan Tuhan? Pertanyaan ini tiba-tiba muncul dalam benakku setelah menonton film yang berjudul “5cm”.
                Tentunya bagi yang sering mendapatkan cobaan hidup ketika pertanyaan ini diajukan dengan lantangnya mereka akan menjawab “Pernah”. Tidak terecuali dengan saya. Kadang disaat hidup kita terpuruk karena berbagai cobaan yang mendatangi kita, lantas yang ada dibenak kita adalah mempertanyakan takdir Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan yang selama ini kita kenal sebagai Dzat yang Maha Penyayang tak lagi menyayangi kita? Tuhan yang selama ini kita kenal Maha pengasih tak lagi mencurahkan kasih sayang-Nya pada kita? Bahkan yang lebih parah lagi ketika sampai berpikir apakah Tuhan memang ada?
                Kita umpamakan saja dengan saat kita menonton film. Terdapat dua film tentang yang sama-sama menceritakan tentang perjalanan seseorang yang mendaki gunung. Dalam film pertama, pendaki mengambil rute yang telah dianjurkan oleh pemandu, yaitu rute paling aman, paling mudah, dan paling cepat untuk dilewati agar sampai dipuncak tujuan. Sedangkan film kedua menceritakan tentang seorang pendaki yang berambisi untuk sampai ke puncak gunung namun karena ketidaktahuannya, dia malah mengambil rute yang paling berbahaya. Rute itu harus melewati jalan yang terjal, jurang tak berdasar, hutan yang dipenuhi dengan berbagai binatang buas, serta cuaca dan iklim yang tidak bersahabat. Namun ada satu persamaaan dalam kedua film tersebut, yaitu kedua pendakinya sama-sama berhasil sampai ke puncak pendakiannya. Setelah kamu menonton keduanya, kira-kira manakah film yang lebih kamu sukai? Bahkan ketika pertanyaan ini ditanyakan pada anak kecil yang baru pertama kalinya menonton film pasti mereka akan menjawab film kedualah yang lebih bagus. Dan saya sebagai penggemar film action pasti akan tertidur jika disuruh menonton film yang pertama. Mungkin Tuhan juga berpikir demikian.
                Ketakutan kita akan cobaan membuat kita selalu waspada. Perjuangan kita menghadapi cobaan membuat kita semakin kuat. Ikhlas menerima segala cobaan membuat kita semakin bijak menjalani hidup. Seharusnya jika kita mendapatkan cobaan kita bersyukur kepada-Nya. Karena dengan kita diuji dengan berbagai cobaan, kita akan merasa semakin bermaknanya hidup kita ketika telah melewatinya. Memang semua orang didunia ini akan mati, namun hanya beberapa orang yang benar-benar hidup. Hidup akan jiwanya, hatinya, dan pikirannya.

Memandang Cinta

18.06.13-22.00
Suatu hari seorang “sahabat” bertanya kepadaku.
                “Apakah yang membuat seorang pria tertarik pada seorang wanita?”
                Sejenak kuterdiam. Berusaha menelan pertanyaan tadi, kemudian mencernanya lebih halus agar bisa masuk ke otakku dan berharap dapat kumuntahkan lagi dalam bentuk jawaban yang paling bijak. Kali ini aku nggak bakal jawab sembarangan seperti saat ditanya teman biasanya. Alasannya sekarang yang bertanya adalah perempuan, makanya sebisa mungkin aku harus menjawabnya dengan penuh pertimbangan. Namun naas, apa yang terjadi malah sebaliknya. Entah kenapa ketika aku bersamanya aku nggak bisa bersikap untuk pura-pura menjadi pintar, bijak, ataupun ganteng. #kalo yang terakhir ini, mau digimana2in emang nggak bakal bisa.hahaha
                 Jawabanku mengalir begitu saja tanpa minta izin dari otakku.
                “Kalau menurutku, aku biasa dari mukanya. Kalau mukanya cantik menarik aja untuk dilihat. Nggak perlu lihat badannya, mau itu langsing, kurus, ataupun gendut.” Ceplosku.
                Seolah ditelan bumi lalu diterjang tsunami, jawabanku cerdasku yang sudah diujung lidah hilang tak berbekas. Lenyap sudah kesempatanku untuk terlihat pintar didepannya. Apa boleh buat, setelah kurenungi, jawaban itu nggak ada salahnya juga. Lagipula dia cuma bertanya tentang ketertarikan. Belum menyangkut kasih sayang atau cinta.
                Lantas, bagaimana kalo pertanyaan tadi berbunyi:
                “Apakah yang membuat seorang pria jatuh cinta pada seorang wanita?”
                Kalau pertanyaannya seperti ini, dikasih waktu sejam aja belum tentu aku bisa menjawabnya. Namun yang jelas kita tidak memerlukan mata untuk memandang cinta kita. Tidak memerlukan hidung untuk menciumnya. Tidak memerlukan telinga untuk mendengarnya. Tidak memerlukan lidah untuk mengecapnya. Kita tidak memerlukan indra kita untuk mengenali apa itu cinta. Oleh karena itu, cinta tak hanya dapat dirasakan oleh kita yang beruntung sudah diberikan alat indra saja. Bahkan yang tak memiliki satupun pada badannya juga bisa merasakan cinta. Karena cinta hanya dapat dikenali dengan hati yang tulus.
                Jika sudah waktunya, ia akan datang dengan sendirinya dan tak akan pernah tersesat. Cinta sejati selalu datang pada orang-orang yang selalu berharap padanya dan tak pernah berputus asa.
               
                               

7th June

               Today is her birthday. Tepat 21 tahun yang lalu seorang perempuan tercantik yang pernah aku temui untuk pertama kalinya hadir di dunia ini. Yap, sekarang hari yang sangat spesial buatnya. Satu hari yang paling ditunggunya dalam setahun (mungkin)- sok tau :D. Aku disini hanya bisa menebak-nebak bagaimana perayaan yang sedang dia lakukan bersama keluarganya disana. Yah beginilah nasib, karena sekarang aku bukan apa-apa kecuali seseorang biasa yang dengan pedenya mengagumi dan mendambakan seorang bidadari. Bagai pungguk merindukan bulan. Asal tahu aja, bulannya pun bukan bulan yang biasa mengitari bumi kita melainkan bulan yang terdapat di galaksi Andromeda, yang berjarak ribuan tahun kecepatan cahaya disana. Namun bukan berarti aku tak bisa menggapainya. Karena aku percaya dengan hati yang tulus aku bisa menciptakan sebuah pesawat dengan ribuan kali kecepatan cahaya untuk menjemputnya disana. Hehe...
                Ada satu keanehan yang tiba-tiba kini berputar-putar di pikiranku. Suatu hal yang jarang terjadi di jaman sekarang.  Entah kenapa sepertinya dia tak mengharapkan hari ini datang. Aku menduga kalau sesuatu hal telah terjadi pada saat dia berulang tahun sebelumnya. Mungkin sesuatu yang dapat membuatnya trauma. Mungkin juga memang karekternya seperti itu, buat apa merayakan suatu hal yang menambah umur namun disaat bersamaan menyadari kalau ajal semakin mendekat. Siapa yang bisa melawan waktu. Atau mungkin juga malah dia mendapatkan sesuatu yang indah tahun lalu kemudian sekarang kecewa berat karena tidak akan mendapatkannya lagi. Entah itu momen manis atau kado cantik. Aku lebih yakin pada alasan yang terakhir ini.
                Di tengah hari spesial ini, izinkan aku mengucap satu harapan. Aku berharap supaya apapun yang selama ini dia harapkan benar-benar bisa terwujud. Cuma itu yang bisa aku ucapkan, semoga apapun yang diimpikannya dapat membuatnya bahagia, itu yang terpenting. Percuma saja jika apa yang selama ini kita harapkan malah tidak membahagiakan kita bukan?

Facetwit

                Ada beberapa alasan ketika aku membuka situs jejaring sosial seperti si muka buku ataupun twitter. Alasan yang paling utama bukanlah untuk meng-update status dan kicauan agar bisa terlihat eksis di dunia maya ini. Selain itu juga bukan untuk mengetahui notifikasi-notifikasi yang tiap kali kubuka pasti tidak akan lebih dari 3 buah jumlahnya. Andaikan saja bisa kutambah sendiri mungkin akan membuat semakin sumringah hidup ini. Hahaha….
                Satu-satunya alasan kenapa situs-situs seperti ini membuatku tertarik tidak lain adalah karena dari situ aku bisa mengetahui bagaimana kabar seseorang yang selama ini kukagumi. Apa yang sedang dia pikirkan dan rasakan adalah hal terpenting yang tidak boleh terlewatkan. Jika diibaratkan seperti surat kabar, hal ini adalah headline newsnya. Walaupun terkadang ada beberapa hal yang membuat hati ini sesak ketika membacanya. Rasanya persis seperti saat kita menemukan sebuah tragedi atau bencana menjadi berita utama di halaman depan sebuah surat kabar tersebut. Miris dan menyesakan.
                Sebagaimana hari kemarin dan kemarin lusa dan kemarin-kemarinnya lagi sesuatu yang aku tunggu belum kunjung muncul juga diprofilmu. Sesuatu yang bisa membuat hati ini serasa mempunyai roket pendorong bertenaga solar elektrik dengan ion xenon sebagai bahan bakarnya. Dan ketika roket ini diaktifkan, hati ini akan meluncur terbang jauh ke angkasa kemudian meledak dengan keindahan layaknya kembang api sidney yang bisa kita nikmati ketika malam pergantian tahun. Sesuatu yang ingin sekali kubagikan kepadamu ketika kudapatkan nanti. Sehingga, kamu juga dapat merasakan betapa indahnya hidup ketika kita bisa mendapatkan kebahagiaan seperti ini. Sesuatu tersebut adalah sebuah status yang berisi tentang diriku yang bisa kubaca diprofilmu. Hahaaha….
                Lebay adalah kata tepat yang akan digunakan kebanyakan orang untuk menggambarkan perasaan itu. Tapi memang seperti itulah kenyataannya. Kalau kata Descartes “cogito ergo sum, Aku berpikir maka Aku ada”. Sedangkan kalau menurutku, kamu merasa maka aku ada.

Angkot


29.05.13-22.00
            Sampai detik ini aku belum mengerti tentang perasaan ini. Ragu dan bimbang. Rasanya seperti saat kita menunggu sebuah bis atau angkot malam yang sudah jadi langganan kita setiap malam untuk pulang kerumah. Angkot dengan desain keren di bagian luar ataupun dalamnya. Tempat duduknya sangat nyaman dan sering kali membuatku ketiduran sehingga harus turun kebablasan. Supirnya pun sudah seperti teman yang dapat kuajak gabung untuk menjadi anggota power ranger layaknya masa kecilku dulu karena saking akrabnya.  Mungkin ranger hitam tepatnya. Seorang ranger yang cinta keadilan, rela berkorban, pantang menyerah tetapi sangat misterius. Sehingga tidak ada seorangpun yang tahu seperti apa hati dan perasaaan yang sebenarnya ada didalam dirinya. Gelap dan tertutup layaknya warna pakaian kesukaannya. Suatu malam angkot tersebut  tak kunjung lewat. Padahal jadwal angkot tersebut adalah yang paling akhir dan tidak akan ada angkot lagi yang lewat kecuali kalau mau menunggu adzan subuh berkumandang. Setelah kutunggu berapa selang lamanya datang sebuah angkot lain. Angkot ini tidak kalah kerennya dengan angkot langgananku. Bahkan supirnya pun terlihat sangat supel dan ramah.
            Sopir ini dengan senyum yang sangat bersahabat langsung menawarkan jasanya. Mungkin semua orang jika dalam situasi seperti ini akan langsung menerima tawarannya kemudian bergegas untuk masuk dan duduk manis diatas kursi. Namun sebagian perasaanku punya keinginan yang lain. Aku ingin menunggu angkot langgananku walau tak ada tanda-tanda kemunculannya. Apabila kuputuskan untuk tetap menunggu maka tidak akan ada yang tahu apakah yang akan terjadi selanjutnya. Jika tidak datang maka kuharus berjalan untuk dapat sampai kerumah. Apakah kuharus pulang dengan angkot ini? Lagian juga tidak ada salahnya, daripada harus menunggu suatu hal yang tidak jelas kedatangannya. Mungkin sebaiknya kuputuskan untuk ikut dengannya. Angkot yang tidak kalah nyaman, supir ramah, dan yang terpenting selamat sampai tujuanku.

DPR Menuntut Dana Pensiun


            Membahas tentang salah satu lembaga tinggi Negara yang satu ini memang tidak pernah ada ujungnya. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Soegeng Sarjadi Syndicate di 33 provinsi tahun kemarin DPR menempati urutan pertama sebagai lembaga terkorup diantara lembaga-lembaga atau institusi yang dipandang korup. Setelah ramai dengan berita menuntut pembangunan gedung baru, studi banding dengan tujuan plesiran, serta kasus “absen antar” yang dilakukan oleh putra mahkota pemimpin Negara kali ini rakyat dihebohkan dengan dana pensiun untuk anggota DPR.
            Dana pensiun bagi anggota dewan ini diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administratif Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara Serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi Negara. Sebenarnya menurut saya pemberian dana pensiun bagi anggota dewan tidak ada salahnya diterapkan, akan tetapi aturan ini perlu sekiranya untuk direvisi atau dikaji ulang. Dalam aturan ini disebutkan bahwa “Pimpinan dan Anggota Lembaga Tinggi Negara yang berhenti dengan hormat dari jabatannya berhak memperoleh pensiun.” Disini tidak disebutkan berapa lama waktu menjabat dan bagaimana kinerja atau prestasi dari anggota dewan tersebut. Bagaimana kalau terdapat anggota yang hanya setahun menjabat kemudian diganti atau diberhentikan dengan hormat? bagaimana pula jika selama menjabat datang untuk tanda tangan kemudian pergi? apakah pasti mendapatkan fasilitas tambahan dana seumur hidup? Bukankah jika tetap diberikan akan melukai hati rakyat?
            Sangat tidak pantas kiranya jika kita membanding-bandingkan hak yang didapatkan anggota DPR dengan lembaga atau institusi-institusi yang lainnya. Memang tidak semuanya anggota DPR kita buruk. Selain itu juga sering kita jumpai bahwa tidak semuanya pejabat-pejabat eksekutif, misalnya PNS baik kinerjanya. Ada juga PNS yang sering bolos tetap mendapatkan dana pensiun. Indikator pantas atau tidaknya berdasarkan kerajinan memang tidak mudah yang dipikirkan akan tetapi apa salahnya jika dicoba.
            Berdasarkan Surat Edaran Setjen DPR RI No. KU.00/9414/DPR RI/XII/2010 tentang gaji pokok dan tunjangan anggota  DPR mencapai kurang lebih 50 juta perbulannya. Selain itu juga dilengkapi dengan segala kemewahan fasilitas yang diperoleh. Jika dibandingkan dengan kewajiban yang ditanggungnya hal tersebut jauh dari yang didapatkan oleh pejabat-pejabat dari lembaga yang lainnya. Akan tetapi, sepertinya hal tersebut belum cukup memuaskan anggota dewan.