Memandang Cinta

18.06.13-22.00
Suatu hari seorang “sahabat” bertanya kepadaku.
                “Apakah yang membuat seorang pria tertarik pada seorang wanita?”
                Sejenak kuterdiam. Berusaha menelan pertanyaan tadi, kemudian mencernanya lebih halus agar bisa masuk ke otakku dan berharap dapat kumuntahkan lagi dalam bentuk jawaban yang paling bijak. Kali ini aku nggak bakal jawab sembarangan seperti saat ditanya teman biasanya. Alasannya sekarang yang bertanya adalah perempuan, makanya sebisa mungkin aku harus menjawabnya dengan penuh pertimbangan. Namun naas, apa yang terjadi malah sebaliknya. Entah kenapa ketika aku bersamanya aku nggak bisa bersikap untuk pura-pura menjadi pintar, bijak, ataupun ganteng. #kalo yang terakhir ini, mau digimana2in emang nggak bakal bisa.hahaha
                 Jawabanku mengalir begitu saja tanpa minta izin dari otakku.
                “Kalau menurutku, aku biasa dari mukanya. Kalau mukanya cantik menarik aja untuk dilihat. Nggak perlu lihat badannya, mau itu langsing, kurus, ataupun gendut.” Ceplosku.
                Seolah ditelan bumi lalu diterjang tsunami, jawabanku cerdasku yang sudah diujung lidah hilang tak berbekas. Lenyap sudah kesempatanku untuk terlihat pintar didepannya. Apa boleh buat, setelah kurenungi, jawaban itu nggak ada salahnya juga. Lagipula dia cuma bertanya tentang ketertarikan. Belum menyangkut kasih sayang atau cinta.
                Lantas, bagaimana kalo pertanyaan tadi berbunyi:
                “Apakah yang membuat seorang pria jatuh cinta pada seorang wanita?”
                Kalau pertanyaannya seperti ini, dikasih waktu sejam aja belum tentu aku bisa menjawabnya. Namun yang jelas kita tidak memerlukan mata untuk memandang cinta kita. Tidak memerlukan hidung untuk menciumnya. Tidak memerlukan telinga untuk mendengarnya. Tidak memerlukan lidah untuk mengecapnya. Kita tidak memerlukan indra kita untuk mengenali apa itu cinta. Oleh karena itu, cinta tak hanya dapat dirasakan oleh kita yang beruntung sudah diberikan alat indra saja. Bahkan yang tak memiliki satupun pada badannya juga bisa merasakan cinta. Karena cinta hanya dapat dikenali dengan hati yang tulus.
                Jika sudah waktunya, ia akan datang dengan sendirinya dan tak akan pernah tersesat. Cinta sejati selalu datang pada orang-orang yang selalu berharap padanya dan tak pernah berputus asa.
               
                               

0 comments:

Post a Comment