29.05.13-22.00
Sampai
detik ini aku belum mengerti tentang perasaan ini. Ragu dan bimbang. Rasanya
seperti saat kita menunggu sebuah bis atau angkot malam yang sudah jadi
langganan kita setiap malam untuk pulang kerumah. Angkot dengan desain keren di
bagian luar ataupun dalamnya. Tempat duduknya sangat nyaman dan sering kali
membuatku ketiduran sehingga harus turun kebablasan. Supirnya pun sudah seperti
teman yang dapat kuajak gabung untuk menjadi anggota power ranger layaknya masa
kecilku dulu karena saking akrabnya. Mungkin
ranger hitam tepatnya. Seorang ranger yang cinta keadilan, rela berkorban,
pantang menyerah tetapi sangat misterius. Sehingga tidak ada seorangpun yang tahu
seperti apa hati dan perasaaan yang sebenarnya ada didalam dirinya. Gelap dan
tertutup layaknya warna pakaian kesukaannya. Suatu malam angkot tersebut tak kunjung lewat. Padahal jadwal angkot
tersebut adalah yang paling akhir dan tidak akan ada angkot lagi yang lewat kecuali
kalau mau menunggu adzan subuh berkumandang. Setelah kutunggu berapa selang
lamanya datang sebuah angkot lain. Angkot ini tidak kalah kerennya dengan
angkot langgananku. Bahkan supirnya pun terlihat sangat supel dan ramah.
Sopir
ini dengan senyum yang sangat bersahabat langsung menawarkan jasanya. Mungkin
semua orang jika dalam situasi seperti ini akan langsung menerima tawarannya
kemudian bergegas untuk masuk dan duduk manis diatas kursi. Namun sebagian
perasaanku punya keinginan yang lain. Aku ingin menunggu angkot langgananku
walau tak ada tanda-tanda kemunculannya. Apabila kuputuskan untuk tetap
menunggu maka tidak akan ada yang tahu apakah yang akan terjadi selanjutnya.
Jika tidak datang maka kuharus berjalan untuk dapat sampai kerumah. Apakah
kuharus pulang dengan angkot ini? Lagian juga tidak ada salahnya, daripada
harus menunggu suatu hal yang tidak jelas kedatangannya. Mungkin sebaiknya
kuputuskan untuk ikut dengannya. Angkot yang tidak kalah nyaman, supir ramah,
dan yang terpenting selamat sampai tujuanku.
0 comments:
Post a Comment